Selasa, 19 Juli 2011

Dorong Kemandirian Warga Lewat Swadaya

Kades Triwarno W Subagyo :

Sejak menjabat sebagai Kepala Desa Banyuurip,19 Desember 2006, W. Subagyo terus memacu warga untuk membangun wilayahnya melalui gerakan mandiri yang berupa swadaya di segala bidang pembangunan.

Tidaklah berlebihan kalau desa yang jumlah pendudukya mencapai 1.515 jiwa dan 90 % menggantungkan hidupnya lewat pertanian mudah diajak bermusyawarah untuk membahas setiap program yang akan dilaksanakan. "Hampir semua kegiatan pembangunan yang ada di desa mendapat dukungan warga lewat pemberdayaan swadaya," papar bapak tiga anak ini mantap.

Sejak dipercaya masyarakat untuk menjadi kepala desa, dirinya terus memacu berbagai program yang menyentuh dan yang langsung dibutuhkan masyarakat. Menyadari warganya hampir 90 persen hidup pada bidang petanian, maka program pertama yang dilakukan, berupa pembanguan saluran irigasi tersier beserta dam-damnya yang menghabiskan dana Rp 50 juta. Kemudian pembuatan sumur pantek sebanyak l00 unit. Hasilnya, yang dulunya hanya panen dua kali, sekarang bisa tiga kali. Selaiun itu, warga membangun Kantor Koperasi "Waspada" dan sekaligus membangun gudang untuk lumbung padi hasil panen warga serta beras. "Adanya koperasi dan lumbung pangan itu, warga Triwarno tidak akan kekurangan gabah dan beras karena semua tersedia di gudang," jelas mantan anggota reskrim Polres Purworejo ini. Koperasi tersebut juga mempunyai pengurus. Ketuanya, Drs. Kholik Purwanto dengan bendahara Saryono,B.A.

Koperasi ini sehari-harinya mengurusi dan melayani kebutuhan warga seperti pupuk, obat-obat pertanian, simpan pinjam gabah maupun beras. Adapun dana untuk membangun kantor koperasi, gudang beras, dan gabah sebesar Rp 49 juta. Sedangkan 30 juta adalah swadaya masyarakat. Kemudian, untuk memperlancar ekonomi masyarakat dan jual beli hasil pertanian dibangunlah pasar desa senilai Rp 17 dan Rp 7 juta merupakan hasil swadaya masyarakat. Pengurus pasar ini diketuai Tri Iswantoro yang sehari-harinya sebagai perangkat desa Jagabaya.

Setelah berhasil membangun bidang pertanian, Kades Subagyo yang dikenal energik dan selalu terjun di lapangan ini membangun sarana jalan. Baginya, sarana jalan ini sangat penting untuk memperlancar kegiatan masyarakat desa. Dari hasil swadaya murni masyarakat terwujudlah pembangunan jalan sepanjang 700 meter senilai Rp 40 juta yang lokasinya jalan Nawangan berupa rabat beton. Kemudian berlanjut di Pedukuhan Popohan sepanjang 500 meter dengan dana Rp 33 juta. Terus pembangunan jalan makadam di pedukuhan Demplo sepanjang 400 meter dengan dana Rp 10 juta. Pembanguann sarana jalan yang merambah di semua pedukuhan itu juga dilaksanakan di Pedukuhan Plenden berupa jalan makadam sepanjang 1 km senilai Rp 15 juta dimana separonya berupa swadaya masyarakat. Selanjutnya, pembangunan jalan makadam yang berupa pondasi kiri-kanan menuju ke Makam Pundensari senilai Rp 20 juta. Untuk memperlancar hubungan antar warga, dibangunlah jalan tembus antara Plenden dan Bandar yang menghabiskan dana sebanyak Rp 47,5 juta dengan rincian Rp 39,5 juta dana bantuan provinsi dan yang Rp 8 juta dari swadaya masyarakat.

Mengenai dana PNPM untuk tahun 2020, Desa Triwarno mendapatkan bantuan sebesar Rp 93,3 juta. Dana PNPM dimanfaatkan untuk pembangunan jalan Pedukuhan Demplo-Wingko sepanjang 1.3028 meter. "Karena ada penghematan dana maka bisa dikembangkan sepanjang 300 meter dengan bestek yang sama. Penghematan itu berupa tenaga dari masyarakat yang cuma-cuma alias tidak mendapatkan upah.

Kemudian, untuk meningkatkan kegiatan keagamaan dibangunlah sarana ibadah berupa pembangunan musala "Al Barokah" murni swadaya masyarakat yang berhasil dikumpulkan sebanyak Rp 50 juta.

Suami dari Ida Indrawati ini juga membenahi sarana balai desa senilai Rp 27 juta. Kemudian keramikisasi pendopo senilai Rp 49 juta. Desa Triwarno juga dikenal sebagai desa mandiri yang berbasis pangan sejak Januari 2010. "Artinya masyarakat tidak akan kekurangan pangan karena tersedia lumbung beras dan gabah," ujar W. Subagyo. Bahkan, tahun sebelum sebagai Desa Siaga pada Januari 2009. Kiprah Kades Triwarno ini juga diimbangi istrinya yang menggerakkan warganya terutama ibu-ibu PKK membuat industri makanan kecil. Tidak sampai di situ saja, tetapi juga mendorong masyarakat untuk memanfaatkan lahan yang tidak produktif untuk ditanami pisang dan pohon jati. Hasilnya cukup lumayan. Hampir di 7 pedukuhan yang ada di Desa Triwarno Kecamatan Banyuurip ini ada tanaman jatinya. ( Yulius P. ).

Sumber : Majalahbuser.com

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes