Dipandu Penelepon, Lukai Diri demi Bupati Sejumlah perangkat desa di Purworejo melakukan ritual aniaya diri. Mereka melukai bagian-bagian tubuh dengan pecahan gelas dan pisau. Ritual konyol tersebut dilakukan dengan dipandu seorang penelepon yang mengaku pejabat Pemkab Purworejo. Sejumlah perangkat desa pun menjadi korban. Berikut laporannya.
SELASA, 5 April 2011, sekitar pukul 14.00, Kepala Desa (Kades) Triwarno, Kecamatan Banyuurip, Purworejo, W Subagyo, mendapat telepon dari orang yang mengaku pelaksana tugas (Plt) Sekda Purworejo, Drs Tri Handoyo MM. Dari suara dan caranya memanggil, Subagyo awalnya sangat yakin si penelepon adalah Tri Handoyo.
”Saya sangat yakin itu seperti suara Pak Tri. Beliau kalau memanggil saya tidak pernah Pak Lurah atau nama saya, tapi Pak Kades,” tutur Subagyo mengawali cerita soal ritual aniaya diri yang dijalaninya bersama dua perangkatnya awal April lalu.
Si penelepon meminta tolong agar Subagyo membantu Bupati Drs H Mahsun Zain MAg supaya melaksanakan ritual. Tujuannya untuk keamanan dan keselamatan masyarakat Purworejo, serta agar orang-orang yang memusuhi bupati bisa celaka. Si penelepon mengatakan, tata cara ritual dan uba rampe yang diperlukan akan dijelaskan oleh paranormal yang dipercaya bupati untuk melaksanakan ritual tersebut.
Sejumlah uba rampe yang diperlukan antara lain minyak tiner, cat kayu warna hitam, tiga batang lidi, kopi pahit, teh pahit, air putih dari sumur tua, dan pisau baru. Subagyo diminta menunjuk dua orang perangkat desa yang akan ditugaskan melaksanakan ritual.
Setelah semuanya disiapkan, Selasa (5/4) malam, ritual pun dilaksanakan di mushala yang ada di rumah Subagyo. Mereka dipandu melalui telepon. ”Orang yang mengaku Sekda bilang akan datang bersama bupati tengah malam. Kami diminta melakukan ritual lebih dulu,” katanya.
Sekitar pukul 20.00, ritual dimulai dengan melumuri sekujur tubuh dua perangkat desa dengan cat dan tiner. Selanjutnya, mereka meminum air yang telah disediakan dalam gelas. Si penelpon kemudian meminta agar gelas itu dipecah. Selanjutnya, pecahan gelas digunakan kedua perangkat desa untuk saling melukai di bagian wajah. Si penelpon bilang, pelaksana ritual tidak akan luka karena yang mengalami luka adalah para musuh bupati dan orang-orang yang ingin mengacaukan Purworejo.
Tanpa berpikir panjang, perintah itu dituruti. Kedua perangkat saling mengiris bibir, tangan, kuping, dan lidah. ”Tapi, alhamdulillah meskipun berdarah (organ yang diiris) tidak sampai putus. Kegiatan ritual dilaksanakan sampai pukul 23.30 dan akhirnya kami hentikan setelah Sekda dan Bupati tidak juga datang. Kami sadar kalau ini hanya penipuan,” katanya.
Hal yang sama juga terjadi di Desa Seborokrapyak, Kecamatan Banyuurip. Kades Seborokrapyak, Agung Kholik juga ditelepon orang yang mengaku Plt Sekda. Dia diminta menunjuk perangkat desa dengan kriteria umur tidak lebih dari 40 tahun, tinggi badan minimal 165, dan berat badan cukup.
”Katanya ya itu disuruh membantu bupati yang akan ritual melaksanakan penanaman kepala kerbau di alun-alun Purworejo demi keselamatan. Pikir kami ini seperti perintah pimpinan dan harus kami laksanakan,” jelas Agung.
Menurut dia, peristiwa itu terjadi Rabu (6/4), atau sehari setelah peristiwa di Desa Triwarno.
Kaur Keuangan Mujiyanto (45) yang diminta menjalankan ritual. Uba rampe-nya sama persis, namun dia hanya sendirian. Gelas yang pecah juga diminta si penelpon yang memandu agar digunakan untuk melukai diri.
”Saya hantamkan di jidat ternyata mengucur darah. Demikian juga di kaki sebelah kanan dan kiri,” tutur Mujiyanto.
Dia tidak mengalami luka serius setelah memotong tangan, lidah, dan telinganya dengan pisau yang disediakan. Mereka baru menyadari itu hanya penipuan setelah tengah malam Bupati dan Sekda yang janji akan datang ternyata tidak kunjung tiba.
”Saya cari dengan memutari seluruh desa di punden-punden tapi tidak ada. Saya baru sadar ini penipuan setelah saya telepon langsung ke nomor Pak Tri Handoyo, dan dijawab bahwa itu penipuan,” katanya.
Upaya penipuan juga nyaris menimpa perangkat desa di Bencorejo, Wangunrejo, dan Candingasinan. Si penelepon yang menggunakan nomor 082134716382 sudah menghubungi kades ketiga desa itu. Namun, mereka tidak melaksanakan perintah si penelpon karena sudah mendengar kabar soal ritual tak masuk akal yang dipastikan penipuan tersebut.
Kabag Humas Setda Purworejo Drs Joko Saptono menyatakan Bupati dan Plt Sekda sama sekali tidak pernah memerintahkan perangkat desa untuk melaksanakan ritual aniaya diri. ”Itu sama sekali tidak benar. Kejadian ini hanya teror yang dimaksudkan untuk merusak kondusifitas wilayah Purworejo,” katanya.
Dia meminta para perangkat desa agar tidak mempercayai siapa pun yang menelepon dengan mengaku pejabat kemudian memerintahkan untuk melakukan ritual konyol tersebut. Mengenai motif penipuan tersebut, Kabag Humas menyatakan tidak tahu.
Kades Triwarno, W Subagyo memperkirakan ada motif politik untuk merusak citra Bupati. ”Yang menjadi korban ternyata wilayah-wilayah yang menjadi basis pendukung Pak Mahsun saat pilkada,” katanya.
Kemungkinan lain, menurut Subagyo, si peneror ingin mengacaukan Purworejo. Dia berharap polisi melacak aksi teror aniaya diri yang sangat meresahkan para perangkat desa tersebut.
Sementara itu, Kaur Keuangan Desa Seborokrapyak Mujiyanto mengaku sangat dirugikan secara moril atas kejadian itu. Dia berharap kejadian serupa tidak menimpa perangkat desa lainnya. ”Mohon Pemkab segera mengambil tindakan,” katanya.
Meskipun dia mengalami luka di bagian dahi, tangan, dan kedua kakinya, tetapi hingga kemarin dia belum mendapatkan santunan dari Pemkab Purworejo. Perwakilan dari Pemkab Purworejo juga belum menengok dia berkaitan dengan peristiwa yang dialaminya tersebut.